Hubungan Aqidah Akhlak Menurut Al Qur'an
HUBUNGAN AQIDAH DAN AKHLAK MENURUT AL-QUR’AN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Materi dan Pembelajaran Aqidah
Akhlak MTs-MA
Dosen Pengampu: Maisyanah, M.Pd.I.
Disusun Oleh:
Kelompok 4
1.
Ummi
Khulsum (1510110249)
2.
Ani
Fatur Rohmah (1510110250)
3.
Suci
Indah Sari (1510110252)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kehadiran
agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terwujudnya
kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama
mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber
ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Sedangkan akal
pikiran sebagai alat untuk memahami Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Akidah
Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran
yang hanya dapat ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Akidah
merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup ini
diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya
sebagai makhluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi dari
seluruh bangunan aktifitas manusia atau yang disebut juga dengan akhlak. Akidah
dan akhlak adalah dua hal yang saling berhubungan erat. Oleh karena itu penulis
akan membahas tentang hubungan antara akidah dan akhlak menurut al-qur’an.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa pengertian akidah dan akhlak ?
2.
Bagaimana hubungan antara akidah dan akhlak
menurut al-qur’an ?
3.
Bagaimana implementasi hubungan antara akidah
dan akhlak menurut al-qur’an dalam pembelajaran ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Aqidah Dan Akhlak
1.
Pengertian Aqidah
Kata
aqidah berasal dari bahasa arab atau dalam bahasa Indonesia ditulis akidah, sedangkan
menurut terminology berarti ikatan, sangkutan. Disebut demikian karena ia
mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian
teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Akidah islam (aqidah islamiyah) dihubungkan
dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran islam. Kedudukannya sangat
fundamental, karena menjadi asas sekaligus menjadi gantungan segala sesuatu
dalam islam.
Dari
uraian singkat tersebut, tampak logis dan sistematisnya pokok-pokok keyakinan
islam yang terangkum dalam istilah rukun iman. Pokok-pokok keyakinan ini merupakan
asas seluruh ajaran islam yang berjumlah enam, dimulai dari keyakinan kepada
Allah, keyakinan kepada malaikat- malaikat, keyakinan kepada kitab- kitab suci,
keyakinan kepada rasul Allah, keyakinan akan adanya hari akhir, dan keyakinan
kepada qada dan qadar Allah. Pokok-pokok keyakinan atau rukun iman ini
merupakan akidah islam.[1]
2.
Pengertian Akhlak
Akhlak
berasal dari bahasa arab yaitu akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari kata
khuluq atau al-khulq yang secara etimologi antara lain berarti budi pekerti,
perangai tingkah laku, atau tabiat. Dalam kepustakaan, akhlak juga diartikan
dengan sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) baik atau
buruk.
Akhlak
menempati posisi yang sangat penting dalam islam. Pentingnya kedudukan akhlak
dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah
saw. Diantaranya adalah, “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”
(H.R ahmad). “mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya” (H.R tirmidzi). Dan, akhlak nabi Muhammad yang diutus menyempurnakan
akhlak manusia itu, disebut akhlak islam atau akhlak islami, karena bersumber
dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam al-qur’an yang menjadi sumber utama
agama dan ajaran islam. [2]
B.
Hubungan Akidah Dengan Akhlak
Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh.
Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada
norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akhlak mendapatkan perhatian istimewa
dalam akidah Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Islam menggabungkan antara agama yang
hak dan akhlak. Menurut teori ini agama menganjurkan setiap individu untuk
berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai kewajiban (taklif) diatas
pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini
agama tidak mengutarakan akhlak semata tanpa dibebani rasa tanggung jawab. Oleh
karena itu akhlak dalam pandangan Islam harus berpijak pada keimanan. Iman
tidak cukup hanya disimpan dalam hati, namun harus dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari dalam bentuk akhlak yang baik. [3]
Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddiequ di
dalam bukunya Al Islam mengatakan: Kepercayaan dan Budi
pekerti dalam pandangan Al-Qur’an hampir dihukum satu, dihukum setaraf,
sederajat. Lantaran demikianlah Tuhan mencurahkan kehormatan kepada akhlak dan
membesarkan kedudukannya. Bahkan Allah memerintahkan seorang muslim memelihara
akhlaknya dengan kata-kata perintah yang pasti, terang, dan jelas. Para muslim
tidak dibenarkan sedikit juga menyia-nyiakan akhlaknya, bahkan tak boleh memudah-mudahkannya.
Akidah tanpa akhlak adalah seumpama
sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan tempat berlindung di saat kepanasan
dan tidak pula ada buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa akidah
hanya merupakan layang-layang bagi benda yang tidak tetap, yang selalu
bergerak. Oleh karena itu Islam memberikan perhatian yang serius terhadap
pendidikan akhlak.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa
kesempurnaan iman seseorang terletak pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya.
Sabda beliau: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang
paling bagus akhlaknya”. (HR. Muslim)
Dengan demikian, untuk melihat kuat
atau lemahnya iman dapat diketahui melalui tingkah laku (akhlak) seseorang,
karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari imannya yang ada di
dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan
jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai Iman yang lemah.
Muhammad al-Gazali mengatakan, iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan
mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang buruk.
Akidah erat hubungannya dengan akhlak.
Akidah merupakan landasan dan dasar pijakan untuk semua perbuatan. Akhlak
adalah segenap perbuatan baik dari seorang mukalaf, baik hubungannya dengan
Allah, sesama manusia, maupun lingkungan hidupnya. Berbagai amal perbuatan
tersebut akan memiliki nilai ibadah dan terkontrol dari berbagai penyimpangan
jika diimbangi dengan keyakinan akidah yang kuat. Oleh sebab itu, keduanya
tidak dapat dipisahkan, seperti halnya antara jiwa dan raga.
Hal ini dipertegas oleh Allah dalam
Al-Qur’an yang mengemukakan bahwa orang-orang yang beriman yang melakukan
berbagai amal shaleh akan memperoleh imbalan pahala disisi-Nya. Dia akan
dimasukkan ke dalam surga firdaus. Penegasan ini dikemukakan dalam firman Allah
sebagai berikut:
¨bÎ)
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä (#qè=ÏHxåur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ôMtR%x. öNçlm;
àM»¨Zy_
Ĩ÷ryöÏÿø9$# »wâçR
ÇÊÉÐÈ tûïÏ$Î#»yz
$pkÏù w
tbqäóö7t
$pk÷]tã
ZwuqÏm ÇÊÉÑÈ
Artinya:
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus
menjadi tempat tinggal, Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah
dari padanya. (QS. Al-kahfi: 107-108)
Ayat
di atas memperlihatkan betapa pentingnya akidah dan akhlak, dengan keterpaduan
keduanya seseorang akan memperoleh pahala yang besar disisi Allah dengan
jaminan surga Firdaus. [4]
Akidah sebagai dasar pendidikan akhlak
“Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar terhadap
alam dan kehidupan, Karena akhlak berasal dari aqidah dan pancaran dirinya.
Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscya akhlaknya pun akan
benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya
pun akan salah.[5]
Hubungan manusia dengan Allah SWT dan perilakuya
terhadap Allah SWT, dtentukan melalui nilai-nilai aqidah yang ditetapkan.
Begitu juga akhlak terhadap manusia ditentukan oleh nilai-nilai aqidah seorang
muslim, sebagaimana yang ditetapkan di dalam Al-Qur’an yang merupakan ajaran
dan wahyu dari Allah SWT.
C.
Implementasi Hubungan Antara Akidah Dan Akhlak
Menurut Al-Qur’an Dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran akidah akhlak dengan materi
tentang hubungan antara akidah dan akhlak menurut al-qur’an kami menggunakan
pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan memilih
metode diskusi.
1.
Pendekat pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL)
CTL merupakan pembelajaran yang dikaitkan
dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa. Ciri pembelajaran kontekstual yaitu
mengaitkan topic atau konsep yang dipelajari dengan konteks kehidupan
sehari-hari anak dan perekembangan psikologinya. Apabila dikaitkan dengan
konteks hobi dan kebutuhannya siswa dapat tertarik untuk memperhatikan konsep
yang sedang dipelajari. Akibatnya dengan konteks sehari-hari dan perkembangan
psikologisnya anak-anak akan lebih mudah memehaminya.[6]
2.
Metode
diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu permasalahan.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
a.
Kelebihan
1) Dapat merangsang siswa untuk
lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
2) Dapat melatih untuk
membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
3) Dapat melatih siswa untuk
dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal.
b.
Kekurangan
1)
Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau
3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
2)
Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga
kesimpulan menjadi kabur.
3)
Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak
sesuai dengan yang direncanakan.
4)
Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat
emosional yang tidak terkontrol.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Secara
singkat akidah berarti iman atau keyakinan. Sedangkan akhlak diartikan dengan
sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) baik atau buruk. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, seperti halnya
antara jiwa dan raga. Hal ini dipertegas oleh Allah dalam Al-Qur’an yang
mengemukakan bahwa orang-orang yang beriman yang melakukan berbagai amal shaleh
akan memperoleh imbalan pahala disisi-Nya. Dia akan dimasukkan ke dalam surga
firdaus. Penegasan ini dijelaskan dalam firman Allah QS. Al-kahfi ayat 107-108.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan. 2008. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.
As, Asmaran. 2002.
Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada.
Mubasyaroh. 2008. Materi
Dan Pembelajaran Aqidah Akhlaq. Kudus: Buku Daros.
Suprihatiningrum, Jamil.
2016. Strategoi Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Comments
Post a Comment